Rabu, 15 Desember 2010

Keutamaan Puasa 'Asyura

'Asyura berasal dari kata 'asyara, artinya bilangan sepuluh. Secara istilahi Puasa 'Asyura adalah puasa yang dikerjakan pada tanggal 10 Muharram pada Kalender Islam Hijriyah. Tahun 1432 H ini hari 'Asyura bertepatan dengan 16 Januari 2010 M. Hukum puasa Asyura adalah sunnah; maksudnya sangat dianjurkan dan berpahala bagi yang mengerjakannya namun tidak berdosa bagi yang tidak mengerjakannya.
Hadits dari Siti Aisyah RA yang diriwayatkan Imam Bukhori:
كَانَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَمَرَ بِصِيَامِ يَوْمَ عَاشُوْرَاءَ فَلَمَّا فُرِضَ رَمَضَانَ كَانَ مَنْ شَاءَ صَامَ وَمَنْ شَاءَ أَفْطَرَ
Rasulullah SAW memerintahkan untuk puasa di hari 'Asyura. Dan ketika puasa Ramadhan diwajibkan, barangsiapa yang ingin (berpuasa di hari 'Asyura) ia boleh berpuasa dan barangsiapa yang ingin (tidak berpuasa) ia boleh berbuka. (HR Bukhari)
Diriwayatkan bahwa puasa 'Asyura sudah dilakukan oleh masyarakat Quraisy Makkah pada masa jahiliyyah. Rasulullah SAW juga melakukannya ketika masih berada di Makkah maupun seteleh berada di Madinah.
Diriwayatkan juga bahwa ketika Nabi SAW datang ke Madinah beliau melihat orang-orang Yahudi melakukan puasa di hari 'Asyura. Beliau bertanya, "Hari apa ini?". Orang-orang Yahudi menjawab, "Ini adalah hari baik, pada hari ini Allah selamatkan Bani Israil dari musuhnya, maka Nabi Musa AS berpuasa pada hari ini. Rasulullah bersabda,
فَأَناَ أَحَقُّ بِمُوْسَى مِنْكُمْ
Saya lebih berhak mengikuti Musa dari kalian (kaum Yahudi).
Maka kemudian beliau berpuasa pada hari itu dan memerintahkan ummatnya untuk melakukannya. (HR Bukhari)
Diriwayatkan oleh Imam Muslim bahwa Rasulullah pun sempat diprotes oleh umat Islam di Madinah: "Ya Rasulallah, hari itu ('Asyura) diagungkan oleh orang Yahudi." Maksudnya, kenapa umat Islam mengerjakan sesuatu persis seperti yang dilakukan oleh umat Yahudi? Beliau lalu bersabda: "Di tahun depan insya Allah kita akan berpuasa pada tanggal 9." Setelah itu, tidak hanya disunnahkan puasa pada tanggal 10tapi juga tanggal 9 Muharram. Sayang, sebelum datang tahun berikutnya Rasulullah telah wafat.
Al-Hafidz Ibnu Hajar mengatakan keinginan beliau untuk berpuasa pada tanggal 9dimaksudkan agar tidak persis seperti yang dilakukan oleh umat pada masa Nabi sebelumya, yakni Yahudi dan Nashrani. (Fathul Bari 4: 245)
Sebagian ulama memberikan nama tersendiri untuk puasa sunnah di tanggal 9 Muharam ini, yakni puasa Tasu'a, dari kata tis'a artinya bilangan sembilan. Sebagian ulama lainnya berpendapat bahwa puasa tanggal sembilan ini adalah bagian dari kesunnahan puasa asyura.
Adapun fadhilah atau keutamaan puasa asyura adalah seperti digambarkan dalam hadits dari Sahabat Abdullah bin Abbas berikut ini:
مَا رَأَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَتَحَرَّى صِيَامَ يَومَ فَضْلِهِ عَلَى غَيْرِهِ إِلاَّ هَذَا اليَوْمِ يَوْمُ عَاشُوْرَاءَ وَهذَا الشَّهْرُ يَعْنِي شَهْرُ رَمَضَ انَ
Aku tidak pernah mendapati Rasulullah SAW menjaga puasa suatu hari karena keutamaannya dibandingkan hari-hari yang lain kecuali hari ini yaitu hari 'Asyura dan bulan ini yaitu bulan Ramadhan. (HR Muslim)
Puasa 'Asyura disandingkan dengan puasa Ramadhan. Rasulullah SAW juga bersabda,
أَفْضَلُ الصِّيَامِ بَعْدَ رَمَضَانَ، شَهْرُ اللهِ المُحَرَّمُ. وَأَفْضَلُ الصَّلاَةِ بَعْدَ الفَرِيْضَةَ، صَلاَةُ اللَّيْلِ
Puasa yang paling utama setelah Ramadhan adalah (puasa) di bulan Allah Muharram. Dan shalat yang paling utama setelah shalat wajib adalah shalat malam. (HR Muslim)
Keutamaan yang didambakan dari puasa 'Asyura adalah dapat menggugurkan dosa-dosa setahun yang lalu. Imam Abu Daud meriwayatkan dari Abu Qatadah RA, bahwa Rasulullah SAW bersabda:
وَصَوْمُ يَوْمَ عَاشُوْرَاءَ إنِّي أَحْتَسِبُ عَلَى اللّهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَنَة َالتِيْ قَبْلَهُ
Puasa di hari 'Asyura, sungguh saya mengharap kepada Allah bisa menggugurkan dosa setahun yang lalu. (HR Abu Daud)
Begitu besar keutamaan yang terkandung pada puasa di hari ini. Bahkan sebagian ulama salaf menganggap puasa 'Asyura hukumnya wajib. Namun berdasarkan hadits 'Aisyah di atas, kalaupun puasa ini dihukumi wajib maka kewajibannya telah dihapus dan menjadi ibadah yang sunnah. (A Khoirul Anam)

Jumat, 03 Desember 2010

Mengenal Istilah Tasybih Dalam Ilmu Kalam

Dalam beberapa tulisan para wahabi belakangan ini ditemukan beberapa tipu daya mereka untuk mengelabuhi masyarakat tentang pemahaman kelompok islam lain utamanya mereka yang berpegang pada madzhab, belakangan marak ditemukan tulisan-tulisan berusaha membenturkan antara penganut madzhab dengan penganutnya dengan menyatakan bahwa penganut madzhab salah dan menyelesihi imam madzhabnya, bahkan beberpa kali para salafi wahabi juga menulis NU sebagai salah satu penganut madzhab inkonsistensi terhadap hasil keputusan Muktamar dari Lajnah Bahtsul Masailnya.
Gerakan tipu daya ini pada dasarnya ketidak tahuan mereka akan metode istinbath penganut madzhab atau memang ada unsur kesenganjaan untuk menipu mastarakat demi penyebaran fahamnya, untuk itu akan kami bahas metode ijtihad penganut madzhab dalam hal ini termasuk juga NU
1. Metode Qouliy yaitu suatu cara istinbath hukum yang di gunakan oleh ulama dengan mempelajari masalah yang dihadapi, kemudian mencari jawabannya pada kitab2 fiqihb dari empat madzhab dengan mengacu merujuk secara langsung dari bunyi teksnya
2. Metode Ilhaqy, yaitu apabila metode qouly tidak dapat ditemukan jawaban tekstual dari suatu kitab mu'tabar, maka dilakukan apa yang dinamakan الحاق المسائل بنظائرهاyakni menyamakan hukum suatu kasus masalah yang belum dijawab oleh kitab dengan kasusu atau masalah serupa yang dijawab oleh kitab atau menyamakan dengan pendapat yang sudah jadi.
3. Metode Manhajy, yaitu suatu cara menyelesaikan masalah dengan cara mengikuti jalan pikiran dan qoidah penetapan yang telah disusun oleh madzhab.
Penggunaan metode ketiga diatas penerapannya adalah menelusuri dan mengikuti secara hierarkhis metode istinbath hukum masing-masing madzhab empat yang dimulai dari Alqur'an, kemudian hadist, dan begitu seterusnya, dengan menggunakan kaedah-kaedah ushuliyyah maupun fiqhiyyah, sehingga dalam hal ini mengakibatkan beriso untuk berbeda pendapat dengan Imam Syafi'I dari perspektif qoulinya, namun tetap mengikuti manhajnya, dan diharapakan mampu menjawab masalah-masalah keagamaan aktual (waqi'iyyah).
Demikian yang dapat kami sampaikan atas segala kekurangannya penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Minggu, 29 Agustus 2010

Hukum Membaca Manaqib

Bagaimana hukumnya baca manaqib?
KH. Bisri Musthofa :
Mengertikah saudara arti kata-kata manaqib? Kata-kata manaqib itu adalah bentuk jamak dari mufrod manqobah, yang di antara artinya adalah cerita kebaikan amal dan akhlak perangai terpuji seseorang.
Jadi membaca manaqib, artinya membaca cerita kebaikan amal dan akhlak terpujinya seseorang. Oleh sebab itu kata-kata manaqib hanya khusus bagi orang-orang baik mulia: manaqib Umar bin Khottob, manaqib Ali bin Abi Tholib, manaqib Syeikh Abdul Qodir al-Jilani, manaqib Sunan Bonang dan lain sebagainya. Tidak boleh dan tidak benar kalau ada orang berkata manaqib Abu Jahal, manaqib DN. Aidit dan lain sebagainya. Kalau demikian artinya pada manaqib, apakah saudara masih tetap menanyakan hukumnya manaqib?
Tanya :
Betul tetapi cerita di dalam manaqib Syeikh Abdul Qodir al-Jilani itu terlalu berlebih-lebihan, sehingga tidak masuk akal. Misalkan umpamanya kantong berisi dinar diperas lalu keluar menjadi darah, tulang-tulang ayam yang berserakan, diperintah berdiri lalu bisa berdiri menjadi ayam jantan.
KH. Bisri Musthofa :
Kalau saudara melanjutkan cerita-cerita yang tidak masuk akal, sebaiknya jangan hanya berhenti sampai ceritanya Syeikh Abdul Qodir al-Jilani saja, tetapi teruskanlah. Misalnya cerita tentang sahabat Umar bn Khottob berkirim surat kepada sungai Nil, Sahabat umar bin Khottob memberi komando dari Madinah kepada prajurut-prajurit yang sedang bertempur di tempat yang jauh dari Madinah. Cerita tentang Isra' Mi'raj, cerita tentang tongkat menjadi ular, cerita gunung yang pecah, kemudian keluar dari unta yang besar dan sedang bunting tua, cerita tentang nabi Allah Isa menghidupkan orang yang sudah mati. Dan masih banyak lagi yang semuanya itu sama sekali tidak masuk akal.
Tanya :
Kalau keluar dari Nabi Allah itu sudah memang mukjizat, padahal Abdul Qodir al-Jilani itu bukan Nabi, apa bisa menimbulkan hal-hal yang tidak masuk akal?
KH. Bisri Musthofa :
Baik Nabi Allah maupun Syeikh Abdul Qodir al-Jilani atau sahabat Umar bin Khottob, kesemuanya itu masing-masing tidak bisa menimbulkan hal-hal yang tidak masuk akal. Tetapi kalau Allah Ta'ala membisakan itu, apakah saudara tidak dapat menghalang-halangi?
Tanya :
Apakah selain Nabi Allah juga mempunyai mukjizat?
KH. Bisri Musthofa :
Hal-hal yang menyimpang dari adat itu kalau keluar dari Nabi Allah maka namanya mukjizat, dan kalau timbul dari wali Allah namanya karomah.
Tanya :
Adakah dalil yang menunjukkan bahwa selain nabi Allah dapat dibisakan menimbulkan hal-hal yang menyimpang dari adat atau tidak masuk akal?
KH. Bisri Musthofa :
Silahkan saudara membaca cerita dalam Al-Quran tentang sahabat Nabi Allah Sulaiman yang dapat dibisakan memindah Arsy Balqis (QS An-Naml: 40)
Tanya :
Tetapi di dalam manaqib Abdul Qodir al-Jilani ada juga kata-kata memanggil kepada para roh yang suci atau kepada wali-wali yang sudah mati untuk dimintai pertolongan, apakah itu tidak menjadikan musyrik?
KH. Bisri Musthofa :
Memanggil-manggil untuk dimintai pertolongan baik kepada wali yang sudah mati atau kepada bapak ibu saudara yang masih hidup dengan penuh i'tikad bahwa pribadi wali atau pribadi bapak ibu saudara itu mempunyai kekuasaan untuk dapat memberikan pertolongan yang terlepas dari kekuasaan Allah Ta'ala itu hukumnya syirik.
Akan tetapi kalau dengan i'tikad bahwa segala sesuatu adalah dari Allah Ta'ala, maka itu tidak ada halangannya, apalagi sudah jelas bahwa kita meminta pertolongan (ghouts) kepada para wali itu maksudnya adalah minta dimohonkan kepada Allah Ta'ala.
Tanya :
Manakah yang lebih baik, berdoa kepada Allah Ta'ala dengan langsung atau dengan perantaraan (tawassul)?
KH. Bisri Musthofa :
Langsung boleh, dengan perantaraan pun boleh. Sebab Allah Ta'ala itu Maha Mengetahui dan Maha Mendengar. Saudara jangan mengira bahwa tawassul kepada Allah Ta'ala melalui Nabi-Nabi atau wali itu, sama dengan saudara memohon kenaikan pangkat kepada atasan dengan perantaraan Kepala Kantor saudara.
Pengertian tawassul yang demikian itu tidak benar. Sebab berarti mengalihkan pandangan terhadap yang ditujukan (pihak atasan), beralih kepada pihak perantara, sehingga disamping mempunyai kepercayaan terhadap kekuasaan pihak atasan, saudara juga percaya kepada kekuasaan pihak perantara. Tawassul kepada Allah Ta'ala tidak seperti itu.
Kalau saudara ingin contoh tawassul kepada Allah Ta'ala melalui Nabi-Nabi atau Wali-Wali itu, seperti orang yang sedang membaca al Quran dengan memakai kacamata. Orang itu tetap memandang al Quran dan tidak dapat dikatakan melihat kaca.
Tanya :
Bukankah Allah ta'ala berfirman dalam al Quran al Karim
Panggillah aku maka akan Aku sambut kepadamu. (Al Mukmin: 60)
Maka sambutlah olehmu akan Allah ta'ala dengan memurnikan kepadanya akan agama. (Al Mukmin: 24)
Dan orang-orang yang tidak menyambut bersama Allah akan tuhan yang lain. (Al Furqon: 68)
Dan masih banyak lagi ayat-ayat serupa itu.
KH. Bisri Musthofa :
Betul akan tetapi kesemuanya itu sama sekali tidak melarang tawassul dengan pengertian sebagaimana yang telah saya terangkan tadi. Coba saja perhatikan contoh di bawah ini:
Saudara mempunyai majikan yang kaya raya mempunyai perusahaan besar, saudara sudah kenal baik dengan beliau, bahkan termasuk buruh yang dekat dengannya. Saya ingin diterima bekerja di perusahaannya. Untuk melamar pekerjaan itu, saudara saya ajak menghadap kepadanya bersama-sama, dan saya berkata, "Bapak pimpinan perusahaan yang mulia. Kedatangan saya bersama guru saya ini, ada maksud yang ingin saya sampaikan, yaitu saya mohon diterima menjadi pekerja di perusahaan bapak. Saya ajak guru saya menghadap bapak karena saya pandang guru saya ini adalah orang yang baik hati dan jujur serta juga kenal baik dengan bapak". Coba perhatikan! kepada siapa saya memohon? Kemudian adakah gunanya saya mengajak saudara menghadap majikan besar itu?
Ada dua orang pengemis. Yang satu sendirian, sedang yang satu lagi dengan membawa kedua anaknya yang masih kecil-kecil. Anak yang satu masih menyusu dan yang satu lagi baru bisa berjalan. Di antara dua orang yang pengemis itu, mana yang lebih mendapat perhatian saudara? Saudara tentu akan menjawab yang membawa anak yang kecil-kecil itulah yang lebih saya perhatikan. Kalau begitu adakah gunanya pengemis itu membawa kedua orang anaknya yang masih kecil? Kepada siapakah pengemis itu meminta? Kepada anak yang masih kecil-kecil jugakah pengemis itu meminta?
Semoga kiranya risalah yang kecil ini bermanfaat.
Wallahu a'lam bishshowab.

Senin, 26 Juli 2010

Amalan di Malam Nisfu Sya'ban

AMALAN DI MALAM NISFU SYA'BAN
Sahabatku,
Bagaimana cara merayakan malam Nisfu Sya'ban? Apakah ada amalan-amalan khusus?
Menurut sebagian besar Ulama, antara lain adalah dengan memperbanyak ibadah dan shalat malam dan dengan puasa, namun sebagaimana yang dilakukan Rasulullah, yaitu dengan secara sendiri-sendiri. Adapun meramaikan malam Nisfu Sya'ban dengan berlebih-lebihan seperti dengan shalat malam berjamaah, menurut sebagian Ulama, Rasulullah SAW tidak pernah melakukannya.
Bagi yang mau mengamalkannya, Malam Nifsu Sya'ban Insya Allah jatuh pada hari ini Senin malam tanggal 26 Juli 2010. INSYA ALLAH !! Apabila anda semua berniat mengubah catatan rizki dan takdir di dalam buku besar Allah menjadi lebih baik dan memohon ampun atas dosa2 yang telah kita perbuat maka dibawah ini ada petunjuknya menurut sebagian Ulama, yaitu antara lain:
1. Sholat fardlu Maghrib
2. Membaca Surah Yassin 3 kali
3. Membaca doa Nifsu Sya'ban
4. Menghidupkan malam Nisfu Sya'ban dengan memperbanyak dzikir, shalawat, doa dan istighfar.
Adapun apa yang sering dilakukan oleh sebagian umat Islam, yaitu Salat Malam Nisfu Sya'ban sebanyak 100 rakaat, Hadistnya oleh sebagian ahli hadist dianggap sahih, namun sebagian menganggap dhaif.
Namun demikian dalam urusan shalat sunnah, kata Nabi SAW, boleh kita tambahi jumlahnya dan boleh kita kurangi sesuai kemampuan kita.
DOA MALAM NISFU SYA'BAN
Sahabatku,
Setelah di malam nisfu sya'ban disunnahkan untuk menyampaikan doa/keinginan anda dimalam dan insya Allah akan dikabulkan.
Mengenai doa di malam nisfu sya'ban menurut sebagian ulama adalah adalah sunnah Rasul saw, sebagaimana hadits2 berikut :
Hadist Pertama
Rasulullah saw bersabda,: "Allah mengawasi dan memandang hamba hamba Nya di malam nisfu sya'ban, lalu mengampuni dosa dosa mereka semuanya kecuali musyrik dan orang yg pemarah pada sesama muslimin" (Shahih Ibn Hibban hadits no.5755)
Hadist Kedua
Berkata Aisyah ra : "disuatu malam aku kehilangan Rasul saw, dan kutemukan beliau saw sedang di pekuburan Baqi', beliau mengangkat kepalanya kearah langit, seraya bersabda : "Sungguh Allah turun ke langit bumi di malam nisfu sya'ban dan mengampuni dosa dosa hamba Nya sebanyak lebih dari jumlah bulu anjing dan domba" (Musnad Imam Ahmad hadits no.24825)
PENDAPAT ULAMA BESAR
Syaikh'Abdul Qadir al-Jailaniy berkata, "Malam Nishfu Sya'ban adalah malam yang paling mulia setelah Lailatul Qodr." (Kalaam Habiib 'Alwiy bin Syahaab)
Berkata Imam Syafii rahimahullah : "Doa mustajab adalah pada 5 malam, yaitu malam jumat, malam idul Adha, malam Idul Fitri, malam pertama bulan rajab, dan malam nisfu sya'ban" (Sunan Al Kubra Imam Baihaqiy juz 3 hal 319).
Dikutip dari buku al-Fawaaidul Mukhtaaroh Diceritakan bahwa Ibnu Abiy as-Shoif al-Yamaniy berkata, "Sesungguhnya bulan Sya'ban adalah bulan sholawat kepada Nabi saw, karena ayat Innallaaha wa malaaikatahuu yushalluuna 'alan Nabiy... diturunkan pada bulan itu. (Ma Dza Fiy Sya'ban?)
Dikutip dari buku al-Fawaaidul Mukhtaaroh Diceritakan bahwa Ibnu Abiy as-Shoif al-Yamaniy berkata, "Sesungguhnya bulan Sya'ban adalah bulan sholawat kepada Nabi saw, karena ayat Innallooha wa malaaikatahuu yusholluuna 'alan Nabiy... diturunkan pada bulan itu. (Ma Dza Fiy Sya'ban?)
Berdasarkan fatwa ulama besar di atas, maka kita memperbanyak doa di malam itu, jelas pula bahwa doa tak bisa dilarang kapanpun dan dimanapun, bila mereka yang melarang doa maka hendaknya mereka menunjukkan dalilnya?.
Demikian juga tentang do'a khusus untuk malam nisfu Sya'ban seperti do'a di bawah ini, ada ikhtilaf (perbedaan) dikalangan Ulama dan para ahli hadist. Jadi selain DOA NISFU SYA'BAN di bawah boleh juga dengan do'a-do'a umum terutama do'a yang ada di Al Qur'an dan Al Hadist.
Namun demikian, di bawah ini adalah Do'a malam Nisfu Sya'ban yang diamalkan oleh sebagian Ulama dan Anda boleh ikut mengamalkannya
DOA NISFU SYA'BAN:
اللهم ياذا المن ولايمن عليه ياذا الجلال والاكرام@ ياذاالطول والنعام@ لااله الا انت ظهر اللاجين@ وجار المستجيرين@ وامان الخا ﺀ-فين@ اللهم ان كنت كتبتني عندك في ام الكتاب شقيا او محروما او مطرودا اومقترا علي في الرزق فامح@ اللهم بفضلك شقاوتي وحرماني وطردي وإقتار رزقي واثبتني عندك في ام الكتاب سعيدا مرزوقا موفقا للخيرات فإنك قلت وقولك الحق في كتابك المنزل علي لسان نبيك المرسل يمحواالله ما يشاﺀ ويثبت وعنده ام الكتاب@ الهي بالتجلي الأعظم في ليلة النصف من شهر شعبان المكرم@ التي يفرق فيها كل امر حكيم ويبرم@ ان تكشف عنا من البلاﺀ ما نعلم وما لا نعلم وما انت به اعلم انك انت الاعز الاكرم@ وصلي الله علي سيدنا محمد وعلي اله وصحبه وسلم@

"ALLAAHUMMA YAA DZAL MANNI WALAA YUMANNU 'ALAIKA YAA DZAL JALAALI WAL IKRAAM, YAA DZATH THAULI WALIN'AAM, LAA ILAAHA ILLAA ANTA, DHAHRUL LAAJIIN, WA JAARUL MUSTAJIIRIIN, WA AMAANUL KHAA IFIIN, ALLAAHUMMA IN KUNTA KATABTA NII 'INDAKA FII UMMIL KITAABI SYAQIYYAN AW MAHRUUMAN AW MATHRUUDAN AW MUQTARRAN 'ALAYYA FIR RIZQI, FAMHULLAA HUMMA BI FADLLIKA SYAQAAWATII WA HIRMAANII WA THARDII WAQ TITAARI RIZQII WA ATS-BITNII INDAKA FII UMMIL KITAABI SA'IIDAN MARZUUQAN MUWAFFAQALLIL KHAIRAAT. FA INNAKA QULTA WA QAULUKAL HAQQU FII KITAABIKAL MUNAZZALI 'ALAA NABIYYIKAL MURSALI, YAMHUL LAAHUMAA YASYAA U WA YUTSBITU WA 'INDAHUU UMMUL KITAAB. ILAAHII BITTAJALLIL AA'DHAMI FII LAILATIN NISHFI MIN SYAHRI SYA'BAANIL MUKARRAMIL LATII YUFRAQU FIIHAA KULLU AMRIN HAKIIM WA YUBRAM, ISHRIF 'ANNII MINAL BALAA I MAA A'LAMU WA MAA LAA A'LAM WA ANTA 'ALLAAMUL GHUYUUBI BIRAHMATIKA YAA ARHAMAR RAAHIMIIN.
artinya:
"Ya Allah Tuhanku Pemilik nikmat, tiada ada yang bisa memberi nikmat atasMU. Ya Allah Pemilik kebesaran dan kemuliaan. Ya Allah Tuhanku Pemilik kekayaan dan Pemberi nikmat. Tidak ada yang patut disembah hanya Engkau. Engkaulah tempat bersandar. Engkaulah tempat berlindung dan padaMUlah tempat yang aman bagi orang-orang yang ketakutan. Ya Allah Tuhanku, jika sekiranya Engkau telah menulis dalam buku besarMU bahwa adalah orang yang tidak bebahagia atau orang yang sangat terbatas mendapat nikmatMU, orang yang dijauhkan daripadaMU atau orang yang disempitkan dalam mendapat rizki, maka aku memohon dengan karuniaMU, semoga kiranya Engkau pindahkan aku kedalam golongan orang-orang yang berbahagia, mendapat keluasan rizki serta diberi petunjuk kepada kebajikan. Sesungguhnya Engkau telah berkata dalam kitabMU yang telah diturunkan kepada RasulMU, dan perkataanMU adalah benar, yang berbunyi: Allah mengubah dan menetapkan apa-apa yang dikehendakiNYA dan padaNYA sumber kitab. Ya Allah, dengan tajalliMU Yang Mahabesar pada malam Nisfu Sya'ban yang mulia ini, Engkau tetapkan dan Engkau ubah sesuatunya, maka aku memohon semoga kiranya aku dijauhkan dari bala bencana, baik yang aku ketahui atau yang tidak aku ketahui, Engkaulah Yang Mahamengetahui segala sesuatu yang tersembunyi. Dan aku selalu mengharap limpahan rahmatMU ya Allah Tuhan Yang Maha Pengasih."
Sahabatku,
Perlu saya tekankan di sin, tidak ada larangan dari Rasul untuk berdoa di malam Nisfu Sya'ban, justru pelarangan akan hal ini merupakan perbuatan munkar, sebagaimana sabda Rasulullah saw : "sungguh sebesar besarnya dosa muslimin dg muslim lainnya adalah pertanyaan yg membuat hal yg halal dilakukan menjadi haram, karena sebab pertanyaannya" (Shahih Muslim)
KESIMPULAN
Dari paparan di atas, kita sebagai umat Islam angat dianjurkan untuk meramaikan malam Nisfu Sya'ban dengan cara memperbanyak ibadah, shalat sunnah, memperbanyak bacaan zikir, memperbanyak baca'an shalawat, membaca al-Qur'an, bersedekah, berdo'a dan mengerjakan amal-amal salih lainnya.
Semoga Allah mengampuni dosa-dosa kita. Amiin.
Wallahualam bissawab
Bârakallâhu lî wa lakum Terima kasih.
Semoga Bermanfaat

Sabtu, 03 Juli 2010

Memahami Tuhan Dengan Akal

assalamu'alaikum. wr.wb.
Tak trhitung ayat Al Quran yg memerintahkan manusia berpikir. Al Quran memerintahkan manusia memikirkan peristiwa2 alam semesta, keunikan2 dan keteraturannya, maka dari sana mereka akan mengetahui keagungan tuhan. Alloh memerintahkan hamba-Nya memikirkan alam raya untuk memahami keberadaan, keesaan, dan keagungan-Nya sbgaimana firman-Nya:
إن في خلق السموت والأرض واختلاف الليل والنهار والفلك التي تجري في البحر بما ينفع الناس وما أنزل الله من السماء من ماء فأحيا به الأرض بعد موتها وبث فيها من كل دآبة وتصريف الريح والسحاب المسخر بين السمآء والأرض لأيآت لقوم يعقلو ن
"sesungguhnya dlm penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yg berlayar di laut membawa apa yg berguna bagi manusia, dan apa yg Alloh turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu dia hidupkan bumi sesudah mati(kering)-nya dan dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yg dikendalikan antara langit dan bumi; sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Alloh) bagi kaum yg memikirkan" (Q.S. Al Baqarah: 164)
Alam semesta merupakan wilayah kerja akal untuk memahami tuhan. Al Ghazali menjelaskan manusia tidak mungkin dapat mengetahui hakikat dzat dan sifat tuhan serta "teknis pelakasanaan" sifat2 Nya itu. Jika manusia memaksakan diri mengungkap hakikat aspek-aspek itu, maka akan menyebabkan manusia masuk ke dalam jurang kesesatan bahkan kekafiran.
Orang2 ateis yg tdk mempercaiyai adanya tuhan beranggapan, bagaimana mungkin kita dapat percaya bahwa sesuatu yg tdk dapat kita lihat menciptakan sesuatu yg tampak oleh kita? Dan mengapa pula seseorang harus percaya bahwa alam raya atau dunia materi ini menjadi bukti akan adanya yg menciptakannya? Karena mungkin saja materi itu akan ada tanpa adanya pencipta(menurut teori evolusi, alam semesta ini trjadi secara kebetulan).Pertanyaan pertama di jwb oleh Al ghozali. Manusia, katanya, tidak mungkin dapat mengetahui hakikat dzat dan sifat tuhan karena begitu agung nya Dia. Al ghozali mengibaratkan kelemahan manusia memikirkan dzat tuhan dengan ketidakmampuan manusia memandang scara lngsung sinar matahari. Kita dapat mengetahui keberadaan matahari karena pengaruh sinarnya yg menerpa bumi. Begitu pula dgn tuhan, kita dapat mengetahui keberadaan dan keesaan tuhan melalui ciptaan-Nya berupa alam raya ini.
Bukti lainnya, secara akal sesuatu yg tak terlihat bukan berarti menunjukkan bhwa sesuatu itu tidak ada. Kita percaya akan adanya daya listrik walaupun kita tak dapat melihatnya. Kita percaya karena produk yg dihasilkan dpt kita lihat dan mengerti, seperti chaya lampu. Bila hal yg"kecil" ini saja sudah dapat membuat kita percaya akan adanya listrik, maka adanya jagat raya ini sudah seharus nya membuat kita percya akan adanya Tuhan.
Logika sebuah timbangan bisa diajukan untuk menjawab pertanyaan kedua. Ketika kita melihat sebuah wadah timbangan terangkat sementara wadah yg sebuah lagi ke bawah, maka kita yakin pasti ada yg menyebabkan terangkat. Boleh jadi karna ada benda yg berada di wadah yg kedua atau karena angin kencang yg menerpanya. Segala ssuatu trjadi pasti ada sebabnya. Demikian pula alam ini terjadi karena ada yg menciptakan nya. Dari sini semuanya sudah jelas, kecuali satu. Bila semua ada yg memulai, maka dari mana tuhan itu menjadi ada. Tentu, tuhan tidak dapat diciptakan oleh sesuatu yg semula tidak ada. Bila demikian adanya, maka tuhan akan diadakan, dan begitu seterusnya takkan pernah hbis (tasalsul).
Al Quran sendiri telah memberikan contoh yg baik mengenai penggunaan nalar logis untuk membantah keyakinan yg menyimpang seperti kisah nabi ibrahim a.s. yg menghancurkan berhala2 raja namrudz. Tatkala kecurigaan mengarah kepadanya mengenai siapa yg menghancurkan berhala2 di kuil, ibrahim a.s. Menjawab, "sebenarnya patung yg besar itulah yg melakukannya, maka tanyakanlah kepada berhala itu jika mereka dapat berbicara".
Kaumnya menyangkal, tdk mungkin berhala2 itu yg melakukannya dan lbih mustahil lagi menanyakan kepada berhala yg paling besar itu. "sesungguh nya engkau(ibrahim) tlah mengetahui bhwa berhala2 itu tdk dapat bicara," sangkal mereka.
Jawaban ini menjadi senjata empuk ibrahim a.s. Untuk membongkar kesesatan kaumnya. "kalau bgitu, mengapa kalian sembah sesuatu yg tdk dapat memberi manfaat dan tdk pula memberi madharat kpada kalian sdikit pun? Apakah kalian tdk berpikir?"
Logika2 yg diberikan ibrahim a.s. Tlah menyadarkan sebagian kaumnya dari kebodohannya slama ini yg menganggap patung2yg mereka sembah sjak dahulu tuhan2 mereka.
Penggunaan nalar juga dicontohkan Al Quran untuk membantah keyakinan penganut agama politeis (penyembah bnyak tuhan) sperti ayat ini:
لوكان فيهمآ ءالهة إلاالله لفسدتا فسبحآن الله رب العرش عما يصفون
"sekiranya ada di langit dan di bumi tuhan2 selain Alloh, tentulah keduanya itu telah rusak binasa. Maka, Mahasuci Alloh yg mempunyai 'Arsy daripada apa yg mereka sifatkan." (Q.S. Al Anbiyaa' :22)
Dorongan Al Quran inilah yg menggerakkan pemuka2 ulama kalam seperti abu hasan al asy'ary, abu bakar al-bâqilâni, ibnu al arabi, serta as-sanusi sendiri berpendapat takid tidak sah. Untuk menemukan tuhan, menurut mereka manusia harus berpikir. Seseorang belum disebut beriman bila ia tdk memikirkan sendiri masalah2 ketuhanan. Lebih jauh ibnu al arabi berpendapat, Al Quran dan hadis tdk boleh menjadi jalan untuk mengetahui tuhan. Cara untuk mengetahui tuhan menurutnya hanyalah berpikir( nadhar).
Al ghozali tlah menjelaskan bhwa akal tdk mampu menyingkap hakikat dzat tuhan dan hakikat sifat2 Nya. Pertanyaan nya, apa bukti akal tdk mampu menyingkap hakikat dzat dan sifat2 Alloh yg maha agung? Apa bukti akal tdk mampu menentukan hakikat baik dan buruk dan kebenaran sejati?.
Jawaban untuk pertanyaan pertama tlah diberikan al ghozali di muka. Jawabn untuk prtanyaan kedua, perbedaan yg terjadi di kalangan manusia kala menentukan baik dan buruk serta benar dan salah cukup menjadi bukti. Sekedar contoh, suku2 pedalaman papua menganggap menggunakan koteka adalah suatu kebaikan dan kesopanan, sedang kita menganggap kebaikan dan kesopanan adlah menutup aurat. Hal ini membuktikan bhwa akal tdk mampu menentukan hakikat baik dan buruk. Kalau mampu, tentu semua sepakat tentang nilai2 moral yg harus depegang. Kalau akal manusia mampu menemukan kebenaran yg sejati, mengapa pendapat dalam ilmu pengetahuan berbeda2?
Bila kemampuan akal manusia terbatas, maka mau tdk mau memerlukan wahyu. Wahyu berfungsi membimbing akal manusia agar tdk menyimpang dari jalan yg bnr. Kebutuhan manusia akan wahyu kelanjutannya juga membutuhkan figur yg menyampaikan wahyu itu. Seorang penyampai wahyu itu mestilah seorang yg memiliki sifat2sempurna ( sidiq, amanah,fatonah, tabligh) agar apa yg disampaikannya itu bnar2 dari tuhannya dan bukanlah buatannya. Premis itu juga meniscayakan bhwa sang penyampai harus seorang yg memilki sfat trjaga dari kesalahan (ma'sum).
Sebab, bila seorang rosul itu melakukan kesalahan, maka umat nya pun akan trjerumus pda kesalahan.
Pembicaraan tentang tuhan dan sifat2nya dan pembicaraan tntang kenabian merupakan objek study ilmu akidah. Pembahasan terahir kita dlm dalam masalah ini menghasilkan kesimpulan bhwa akidah islam bersumber dari 3 hal, yakni al quran, sunnah, dan akal yg di gunakan scara berurutan, maksud nya mendahulukan pemahan nash dari pada pemahaman akal. Jika manusia mendahulukan akal dri pada nash, inilah yg menyebabkan manusia tersesat. Namun, perlu juga ditekankan, bila hanya bertumpu pada pemahaman nash dan mengesampingkan peranan akal, maka akan menghasilkan manusia2 yg buta dlm menjalankan perintah agama.

Minggu, 20 Juni 2010

Menanam Pohon Berduri

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarokatuh.......
Wahai orang-orang beriman, bertaqwalah kalian kepada Allah. Awasi dan berhitunglah dengan perbuatan dirimu yang telah kalian lakukan, Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui terhadap segala amal perbuatanmu. (al-Quran)
Seorang pemuda menanam pohon berduri di depan rumahnya. Walikota menyuruh si pemuda untuk memotong pohon tersebut dengan kapak milik sang pemuda karena kekhawatiran akan bahaya yang tidak hanya mengancam keselamatan si pemuda tapi juga para pejalan yang kerap lewat di depan rumahnya. Saat duri-duri dari pohon tersebut telah keluar nanti, ia akan melukai kakinya dan juga kaki para pejalan di depan rumahnya.Belum lagi bahaya-bahaya lain yang sangat mungkin ditimbulkan dari pohon berduri itu. Namun sialnya pemuda kita ini menganggap enteng dan terus menerus mengundur-undur waktu untuk menebangnya. Roda waktu berputar tanpa henti. Bulan berganti tahun, pohon berduri itu telah tumbuh membesar, akarnya menghujam jauh kebumi, dahan dan rantingnya kini sudah menjulur kesana kemari. Sementara pemuda ini telah berubah menjadi seorang kakek ringkih. Ketika mengetahui pohon berduri itu telah benar-benar melukai dan menyengsarakan dirinya dan banyak orang, kakek ringkih ini segera mengambil kapak berniat untuk menebang pohon berduri tanamannya. Namun betapa sayangnya ayunan kapak si kakek sudah tidak mampu lagi menggores kokohnya batang pohon. Usia uzur si kakek telah merenggut kekuatannya untuk menumbangkan pohon berduri tsb, hasil tanamannya sendiri.
Maulana Rumi, penyair Sufi Afghanistan itu menutur cerita ini dalam Masnawi nya. Rumi mengingatkan kepada kita bahwa penundaan untuk menghentikan tindakan buruk hanya semakin mengokohkan keburukan itu sendiri dan melemahkan energi untuk merubahnya. Didalam hati kita pohon berduri itu tumbuh saat kita melakukan keburukan kepada Allah, diri dan sesama. Jangan menunggu waktu, karena tiap detik adalah kesempatan mengakarkan, mengokohkan pohon itu disekujur tubuhmu. Ambillah kapak imanmu segera sebelum terlambat untuk menumbangkannya. Penundaan hanyalah melahirkan ketakberdayaan. Kelak saat kapak imanmu tidak lagi tajam, tubuhmu pun sudah kehilangan kekuatan. Belantara pohon berduri itu bahkan kelak menusuk mata, telinga dan hatimu. Sebelum telingamu bernanah oleh cemoohan, matamu menangis oleh kedukaan tak berujung, dan hatimu berdarah oleh himpitan derita dan adzab, tebaslah pohon berduri itu. Janganlah berani melawan waktu, karena waktu selalu menertawakan keringkihanmu.
Mentari Dzulhijjah menutup mata sudah. Rembulan 1 Muharram mengabarkan tahun baru. Jika hidupmu seperti pekat malam, yakinlah selalu ada rembulan dan bintang yang mencerahkan. Sepekat dan segelap apapun hidupmu, setitik cahayapun mampu mengusir ketakutanmu. Ditengah kegelapan hidup di mekkah dahulu, Rasul membawa sahabat-sahabatnya menjemput cahaya kota Madinah. Hijrah, mengubah hidup agar terarah. Hijrah, meneguhkan hidup diatas bimbingan cahaya. Allah adalah cahaya langit bumi, Allah adalah cahaya diatas cahaya (Qs al-nur ;35).
Tekadmu adalah kapak itu. Tebaslah kini pohon-pohon berduri dihatimu. Renggutlah akar-akarnya. Seperti Ibrahim, kakekmu, hancurkanlah berhala-berhala yang membatu disekujur tubuhmu. Belajarlah kini menjadi petani yang selalu merindui hujan. Guyurilah hati dan tubuhmu senantiasa dengan kebeningan rintik ayat-ayat Allah. Tanamlah perlahan benih kejujuran, keikhlasan, kesabaran, tulus hati dan pengabdian kepada Allah. Rawat dan pupuklah mereka secara sabar. Kelak diakhir tahun, saat mereka berbuah, panen raya mendekapmu dalam bahagia. Saat hatimu lega dan bersuka cita, berbagilah dengan sesama. Hatimu adalah surgamu. Bukan pohon berduri yang harusnya menempati, namun anggur Tuhan yang mestinya bersemayam. Selamat menanam.
Wassalamu'alaikum...

Minggu, 21 Maret 2010

Menata Kehidupan Menuju Tuhan

01. Bersyukur apabila mendapat nikmat;
02. Sabar apabila mendapat kesulitan;
03. Tawakal apabila mempunyai rencana/program;
04. Ikhlas dalam segala amal perbuatan;
05. Jangan membiarkan hati larut dalam kesedihan;
06. Jangan menyesal atas sesuatu kegagalan;
07. Jangan putus asa dalam menghadapi kesulitan;
08. Jangan usil dengan kekayaan orang;
09. Jangan hasad & iri atas kesuksessan orang;
10. Jangan sombong kalau memperoleh kesuksessan;
11. Jangan tamak kepada harta;
12. Jangan terlalu ambitious akan sesuatu kedudukan;
13. Jangan hancur karena kezaliman;
14. Jangan goyah karena fitnah;
15. Jangan berkeinginan terlalu tinggi yang melebihi kemampuan diri.
16. Jangan campuri harta dengan harta yang haram;
17. Jangan sakiti ayah & ibu;
18. Jangan usir orang yang meminta-minta;
19. Jangan sakiti anak yatim;
20. Jauhkan diri dari dosa-dosa yang besar;
21. Jangan membiasakan diri melakukan dosa-dosa kecil;
22. Banyak berkunjung ke rumah Allah (masjid);
23. Lakukan shalat dengan ikhlas & khusyu;
24. Lakukan shalat fardhu di awal waktu, berjamaah di masjid;
25. Biasakan shalat malam;
26. Perbanyak dzikir & do'a kepada Allah;
27. Lakukan puasa wajib & puasa sunat;
28. Sayangi & santuni fakir miskin;
29. Jangan ada rasa takut kecuali hanya kepada Allah;
30. Jangan marah berlebih-lebihan;
31. Cintailah seseorang dengan tidak berlebih-lebihan;
32. Bersatulah karena Allah & berpisahlah karena Allah;
33. Berlatihlah konsentrasi pikiran;
34. Penuhi janji apabila telah diikrarkan & mintalah maaf apabila karena sesuatu sebab tidak dapat dipenuhi;
35. Jangan mempunyai musuh, kecuali dengan iblis/syaitan;
36. Jangan percaya ramalan manusia;
37. Jangan terlampau takut miskin;
38. Hormatilah setiap orang;
39. Jangan terlampau takut kepada manusia;
40. Jangan sombong, takabur & besar kepala;
41. Berlakulah adil dalam segala urusan;
42. Biasakan istighfar & taubat kepada Allah;
43. Iringi taubat kita dengan banyak beramal shalih;
44. Hiasi rumah dengan bacaan Al-Quran;
45. Perbanyak silaturrahim;
46. Tutup aurat sesuai dengan petunjuk Islam;
47. Bicaralah secukupnya;
48. Beristeri/bersuami kalau sudah siap segala-galanya;
49. Hargai waktu, disiplin waktu & manfaatkan waktu;
50. Biasakan hidup bersih, tertib & teratur;
51. Jauhkan diri dari penyakit-penyakit bathin;
52. Sediakan waktu untuk santai dengan keluarga;
53. Makanlah secukupnya tidak kekurangan & tidak berlebihan;
54. Hormatilah kepada guru & ulama;
55. Sering-sering bershalawat kepada Nabi;
56. Cintai keluarga Nabi Muhammad saw;
57. Jangan terlalu banyak hutang;
58. Jangan terlampau mudah berjanji;
59. Selalu ingat akan saat kematian & sadar bahwa kehidupan dunia adalah kehidupan sementara;
60. Jauhkan diri dari perbuatan yang tidak bermanfaat seperti ngobrol yang tidak berguna;
61. Bergaullah dengan orang-orang soleh;
62. Sering bangun di penghujung malam, berdoa & beristighfar;
63. Lakukan ibadah haji & umrah apabila sudah mampu;
64. Maafkan orang lain yang berbuat salah kepada kita;
65. Jangan dendam & jangan berkeinginan membalas kejahatan dengan kejahatan lagi;
66. Jangan membenci seseorang karena pahaman & pendiriannya;
67. Jangan benci kepada orang yang membenci kita;
68. Berlatih untuk berterus terang dalam menentukan sesuatu pilihan
69. Ringankan beban orang lain & tolonglah mereka yang mendapatkan kesulitan.
70. Jangan melukai hati orang lain;
71. Jangan membiasakan berkata dusta;
72. Berlakulah adil, walaupun kita sendiri akan mendapatkan kerugian;
73. Jagalah amanah dengan penuh tanggung jawab;
74. Laksanakan segala tugas dengan penuh keikhlasan & kesungguhan;
75. Hormati orang lain yang lebih tua dari kita
76. Jangan membuka aib orang lain;
77. Lihatlah orang yang lebih miskin daripada kita, lihat pula orang yang lebih berprestasi dari kita;
78. Ambilah pelajaran dari pengalaman orang-orang arif & bijaksana;
79. Sediakan waktu untuk merenung apa-apa yang sudah dilakukan;
80. Jangan sedih karena miskin & jangan sombong karena kaya;
81. Jadilah manusia yang selalu bermanfaat untuk agama,bangsa & negara;
82. Kenali kekurangan diri & kenali pula kelebihan orang lain;
83. Jangan membuat orang lain menderita & sengsara;
84. Berkatalah yang baik-baik atau tidak berkata apa-apa;
85. Hargai prestasi & pemberian orang;
86. Jangan habiskan waktu untuk sekedar hiburan & kesenangan;
87. Akrablah dengan setiap orang, walaupun yang bersangkutan tidak menyenangkan.
88. Sediakan waktu untuk berolahraga yang sesuai dengan norma-norma agama & kondisi diri kita;
89. Jangan berbuat sesuatu yang menyebabkan fisikal atau mental kita menjadi terganggu;
90. Ikutilah nasihat orang-orang yang arif & bijaksana;
91. Pandai-pandailah untuk melupakan kesalahan orang & pandai-pandailah untuk melupakan jasa kita;
92. Jangan berbuat sesuatu yang menyebabkan orang lain terganggu & jangan berkata sesuatu yang dapat menyebabkan orang lain terhina;
93. Jangan cepat percaya kepada berita jelek yang menyangkut teman kita sebelum dipastikan kebenarannya;
94. Jangan menunda-nunda pelaksanaan tugas & kewajiban;
95. Sambutlah uluran tangan setiap orang dengan penuh keakraban, keramahan & tidak berlebihan;
96. Jangan memforsir diri untuk melakukan sesuatu yang diluar kemampuan diri;
97. Waspadalah akan setiap ujian, cobaan, godaan & tentangan. Jangan lari dari kenyataan kehidupan;
98. Yakinlah bahwa setiap kebajikan akan melahirkan kebaikan & setiap kejahatan akan melahirkan kerusakkan;
99. Jangan sukses di atas penderitaan orang & jangan kaya dengan memiskinkan orang.
Semoga bermanfaat.

Sabtu, 30 Januari 2010

- Taken at 11:27 AM on January 24, 2010 - uploaded by ShoZu